Maluku
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Maluku | |||
---|---|---|---|
— Provinsi — | |||
| |||
Slogan: Siwa Lima ( Saling Memiliki) | |||
Peta lokasi Maluku | |||
Negara | Indonesia | ||
Dasar hukum | UU 20/1958, UU 46/1999, UU 40/2003 | ||
Ibu kota | Ambon | ||
Koordinat | 8º 30' - 2º 30' LS 125º 20' - 135º 10' BT | ||
Pemerintahan | |||
• Gubernur | Karel Albert Ralahalu | ||
Luas | |||
• Total | 705,645 km2 (272,451 mil²) | ||
• Daratan | 47,350.42 km2 (18,282.10 mil²) | ||
• Perairan | 658,294.69 km2 (254,169.00 mil²) | ||
1700-an buah lebih yang terdiri atas beberapa pulau besar dan banyak pulau kecil | |||
Populasi (2010)[1] | |||
• Total | 1,533,506 | ||
• Kepadatan | 2.2/km2 (5.6/sq mi) | ||
Demografi | |||
• Suku bangsa | Alif'uru (60%), Eropa (20%), Arab (10%), Sulawesi, Jawa, Sumatra dan lainnya (10%)[rujukan?] | ||
• Agama | Islam (50,8%), Protestan (41,6%), Katolik (6,8%), Hindu (0,4%), Buddha (<0 a="" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Khonghucu" title="Agama Khonghucu">Khong Hu Chu0> |
• Bahasa
Bahasa Ambon (utama), serta 140-an lebih bahasa-bahasa lainnya
Zona waktu
WIT
Kabupaten
12 kabupaten
Kota
2 kota
Kecamatan
98 kecamatan
Desa/kelurahan
33 kelurahan dan 989 negeri
Lagu daerah
Rasa Sayang e, Sarinande, Naik-Naik Ke Puncak Gunung, Burung Kaka Tua, Burung Tantina, Pela e, Huhate, Manise,Kole-Kole, Lembe-Lembe, Ouw Ullath e, Waktu Hujan Sore-Sore, Buka Pintu, Ambon Manise Sayang Kene, Hela Rotang, Hela e Hasa-Hasa, Batu Badaong, Nusaniwe, Ole Sio, Waktu Di Pangku Mama, Tanase, Toki Tifa,Hura-Hura Cincin, Balenggang Patah Tanjung, Gunung Salahutu, Saule, Siwalima Arika, Suda Balayar, Goro-Goro Ne, Nona Manis Siapa Yang Punya, Mande-Mande, Gandong e dll.
Situs web
www.malukuprov.go.id
Maluku atau yang dikenal secara internasional sebagai Moluccas dan Molukken adalah provinsi tertua yang ada di Indonesia dimana lintasan sejarah Maluku sudah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah, seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Fir'aun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia dan Mesir menyebutkan adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara, daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra penghasil Pala, Fuli, Cengkeh dan Mutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease (Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru.
Ibukota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise, kota Ambon berdiri dibagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa Kota Ambon Manise sudah semakin padat, sumpek dan tidak lagi layak untuk menampung jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan ibukota Provinsi akan menjadi kota biasa karena ibukota direncanakan pindah ke negeri Makariki di Kabupaten Maluku Tengah.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku Utara dan Papua Barat disebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara disebelah barat, Laut Banda, Timor Leste dan Nusa Tenggara Timur disebelah selatan serta Laut Aru dan Papua disebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam Sunni yang dianut 50,8 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku.[2] Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon. Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan suatu tanda penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang diletakkan di ACC (Ambon City Centre).
Pada tahun 1999 ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon melanda Maluku, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibukota di Sofifi. Namun, karena Kota Sofifi dinilai belum siap menjadi ibukota maka pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di kota Kota Ternate yang berada di Pulau Ternate.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Daftar isi
Nama
Nama Maluku disebutkan berasal dari 2 bahasa dengan bukti yang sama-sama kuat, yaitu :- bahasa Arab
- bahasa Ternate
Sosial Budaya
Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) serta Spanyol,kemudian bangsa Arab sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum Mestizo terbesar selain Timor Leste (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri]]. Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti Belanda (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta Portugal (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula fam/mata ruma keturunan bangsa Spanyol (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta fam-fam Arab yang langsung dari Hadramaut (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan fam orang Ambon/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Lohenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda (yang dianggap sebagai tanah air kedua oleh orang Maluku selain tanah Maluku itu sendiri), Suriname dan Australia. Komunitas Maluku di wilayah lain di Indonesia dapat ditemui di Medan, Palembang, Bandung, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Makassar, Kupang, Manado, Kalimantan Timur, Sorong dan Jayapura.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Ambon, yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau trade language. Bahasa yang dipakai di Maluku terkhusus di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah Maluku di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa Spanyol, Portugis, Arab dan Belanda.Bahasa Ambon selaku lingua franca di Maluku telah dipahami oleh hampir semua penduduk di wilayah provinsi Maluku dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia Timur lainny seperti orang Ternate, Manado, Kupang dll. karena Bahasa Ambon memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa trade language di wilayah Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua, Papua Barat serta Nusa Tenggara Timur.
Bahasa Indonesia selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formil seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara dan pelabuhan.
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, provinsi Maluku dan Maluku Utara menyusun sebuah big islands yang dinamai Kepulauan Maluku. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di Maluku yaitu :
- bahasa Wamale
- bahasa Alune
- bahasa Nuaulu
- bahasa Koa
- bahasa Seti
- bahasa Gorom
Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 140-an lebih bahasa-bahasa asli di kepulauan Maluku. Daftar berikut ini adalah daftar-daftar bahasa-bahasa asli yang dipetuturkan di Maluku :
- Alune
- Amahai
- Ambelau
- Asilulu
- Babar Utara
- Babar tenggara
- Banda
- Batuley
- Barakai
- Benggoi
- Buano (Bahasa Buano)
- Buli
- Buru
- Damar Timur
- Damar Barat
- Dawera-Daweloor
- Dobel
- Elpaputih
- Emplawas
- Fordata
- Hitu
- Hualoy
- Hukumina
- Hulaliu
- Kadai
- Kamarian
- Kai Besar
- Kai Kecil
- Karey
- Kayeli
- Kisar
- Koba
- Kola
- Kompane
- Kur
- Laba
- Laha
- Larike
- Latu
- Leti
- Liana-Seti
- Lisbata-Nuniali
- Lisela
- Lola
- Lorang
- Luhu
- Luang
- Manipa
- Manusela
- Masela Tengah
- Masela Timur
- Masela Barat
- Naka'ela
- Nila
- Nuaulu Utara
- Nuaulu Selatan
- Nusa Laut
- Oirata
- Pagu
- Patani
- Paulohy
- Perai
- Piru
- Rumaolat
- Roma
- Sahu
- Salas
- Saleman
- Saparua
- Sawai
- Seith
- Selaru
- Seluwasan
- Sepa
- Serili
- Serua
- Talur
- Tarangan Timur
- Tarangan Barat
- Tela-Masbuar
- Teluti
- Teor
- Tetun (Bahasa pulau Wetar)
- Te'un
- Tugun
- Tulehu
- Wakasihu
- Watubela
- Wemale Utara
- Wemale Selatan
- Yalahatan
- Yamdena
Agama
Masyarakat atau penduduk Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam Ahlus-Sunnah Wal Jama'ah yang dianut 40 % penduduk Maluku dan agama Kristen (baik Kristen Protestan maupun Kristen Katholik) yang dianut 50 % penduduk Maluku. Dua hal ini dikarenakan pengaruh Kesultanan Iha, Saulau dan Hitu serta Hatuhaha yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab yang menyambangi Maluku yang menyebarkan ajaran Islam dan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol serta bangsa Belanda yang menyebarkan ajaran kekristenan.Tempat ibadah di Provinsi Maluku pada tahun 2013 tercatat yaitu sebagai berikut :
- Masjid
- Gereja
- Pura 10 buah
- Vihara 4 buah.
Gereja Protestan Maluku atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh negeri Sarane di seluruh Maluku. Pada tahun 2013, jemaah haji yang pergi ke Mekkah dari provinsi Maluku ialah sebanyak 1.009 orang, dimana jemaah haji terbanyak berasal dari Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebanyak 506 orang.
Sosial Budaya
Dalam masyarakat Maluku dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut Pela dan Gandong.Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Buru | Namlea |
2 | Kabupaten Buru Selatan | Namrole |
3 | Kabupaten Kepulauan Aru | Dobo |
4 | Kabupaten Maluku Barat Daya | Tiakur |
5 | Kabupaten Maluku Tengah | Masohi |
6 | Kabupaten Maluku Tenggara | Langgur |
7 | Kabupaten Maluku Tenggara Barat | Saumlaki |
8 | Kabupaten Seram Bagian Barat | Piru (de facto) |
9 | Kabupaten Seram Bagian Timur | Bula (de facto) |
10 | Kota Ambon | - |
11 | Kota Tual | - |
Daftar Gubernur
Sebagai suatu Provinsi tertua di wilayah Indonesia, Maluku telah diperintah berbagai bangsa penjelajah selama berabad-abad. Adapun daftar Gubernur Maluku sejak Zaman Kolonial dimulai dari Pemerintahan Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris hingga Masa Kemerdekaan Republik Indonesia, adalah sebagai berikut:No. | Nama | Masa jabatan |
---|---|---|
A | Masa Pemerintahan Portugal | |
1 | Antonio de Brito | 1522 - 1525 |
2 | Garcia Henriques | 1525 - 1527 |
3 | Jorge de Meneses | 1527 - 1530 |
4 | Gonçalo Pereira | 1530 - 1531 |
5 | Vicente da Fonseca | 1531 - 1534 |
6 | Tristão de Ataide | 1534 - 1536 |
7 | Antonio Galvão | 1536 - 1540 |
8 | Jorge de Castro | 1540 - 1544 |
9 | Jordão de Freitas | 1544 - 1546 |
10 | Bernaldim de Sousa | 1546 - 1549 |
11 | Cristovão de Sa | Oct 1549 - Oct 1550 |
12 | Francisco Lopes de Sousa | 1552 - Feb 1554 |
13 | Cristovão de Sa (memerintah untuk kedua kalinya) | Feb 1554 - Nov 1555 |
14 | Duarte d'Eça | 1555 - Dec 1558 |
15 | António Pereira Brandão | Dec 1558 - Oct 1560 |
16 | Manoel de Vasconcellos | Oct 1560 - 1561 |
17 | Bastião Machado | Oct 1560 - 1561 |
18 | Henrique de Sa | Mar 1562 - 1564 |
19 | Alvaro de Mendonça | 1564 - 1567 |
20 | Diogo Lopes de Mesquita | 1567 - 1571 |
21 | Alvaro de Ataide | 1571 - Dec 1574 |
22 | Nuno Pereira de Lacerda | Dec 1574 - 28 Dec 1575 |
23 | Sancho de Vasconcellos | 1575 - 1578 |
24 | Diogo de Azambuja | Dec 1582 - Jan 1586 |
25 | Duarte Pereire de Sampaio | Jan 1586 - 1589 |
26 | Rui Dias da Cunha | 1589 - 1592 |
27 | Tristão de Sousa | 1592 - 1595 |
28 | Julião de Noronha | 1595 - 20 Nov 1598 |
29 | Rui Gonçalves de Sequeira | 20 Nov 1598 - Feb 1602 |
30 | Pedro Alvares de Abreu | Feb 1602 - 19 May 1605 |
B | Masa Pemerintahan Spanyol | 1606 - 1663 |
1 | Juan de Esquivel | 1606 - 1609 |
2 | Lucas de Vergara Gaviria | 1606 - 1609 |
3 | Cristobál de Azcueata Menchaca | 1610 - 1612 |
4 | Jerónimo de Silva | 1612 - 1617 |
5 | Lucas de Vergara Gaviria (memerintah untuk kedua kalinya) | 1617 - 1620 |
6 | Luis de Bracamonte | 1620 - 1623 |
7 | Pedro de Heredia | 1623 - 1636 |
8 | Pedro Muñoz de Carmona y Mendiola | 1636 - 1640 |
9 | Francesco Suárez de Figueroa | 1640 - 1642 |
10 | Pedro Fernández del Rio | 1642 - 1643 |
11 | Lorenzo de Olaso Achotegui | 1643 - 1652 |
12 | Pedro Fernández del Rio (memerintah untuk kedua kaliya) | 1652 |
13 | Francesco de Esteybar | 1652 - 1656 |
14 | Diego Sarria Lascano | 1659 - 1660 |
15 | Francesco de Esteybar (memerintah untuk kedua kalinya) | 1658 - 1659 |
16 | Francesco de Atienza Ibañez | 1659 - 1660 |
17 | Juan de Chaves | 1660 - 1661 |
18 | Agustín de Cepeda Carnacedo | 1661 - 1663 |
19 | Francesco de Atienza Ibañez (memerintah untuk kedua kalinya) | 1663 |
C | Masa Pemerintahan Belanda | |
1 | Frank van der Does | 1599 - c.1602 |
2 | Jan Pieterszen Suyer | Jan 1601 - 1602 |
3 | Christiaen Adriaensz den Dorst | Sep 1602 - 1604 |
4 | Anthonie van Suylen van Nyevelt | Sep 1602 - 1604 |
5 | Adriaan Antoniszen | Jul 1605 - Mar 1606 |
6 | Gerrit Gerritszen van der Buis & Pieter Janszen Boenen | 1607 - 1608 |
7 | Adriaen Woutersz | 1608 - 1610 |
8 | Paulus van Caerden | 1610 - 1612 |
9 | Pieter Both | 1612 - 1616 |
10 | Laurens Reaal | 1616 - 1621 |
11 | Frederik Houtman | 1621 - 1623 |
12 | Jacques le Fèbre | 1623 - 1627 |
13 | Gilles van Zeijst | 1627 - 1628 |
14 | Pieter Wagensveld | 1628 - 1629 |
15 | Gijsbert van Lodestein | 1629 - 1633 |
16 | Johan Ottens | 1633 - 1635 |
17 | Jan van Broekom | 1635 - 1640 |
18 | Anthonij Caen | 1640 - 1642 |
19 | Wouter Seroijen | 1642 - 1648 |
20 | Gaspar van den Bogaerde | 1648 - 1653 |
21 | Jacob Hustaart | 1653 - 1656 |
22 | Simon Cos | 1656 - 1662 |
23 | Anthonij van Voorst | 1662 - 1667 |
24 | Maximilian de Jong | 1667 - 1669 |
25 | Abraham Verspreet | 1669 - 1672 |
26 | Cornelis Franks | 1672 - 1674 |
27 | Willem Corput | 1675 - 1675 |
28 | Willem Harthouwer | 1676 - 1676 |
29 | Jacob de Ghein | 1676 - 1677 |
30 | Robbert Padtbrugge | 1677 - 1682 |
31 | Jacob Lobs | 1682 - 1686 |
32 | Johan Henrik Thim | 1686 - 1689 |
33 | Johannes Cops | 1689 - 1692 |
34 | Cornelis van der Duin | 1692 - 1696 |
35 | Salomon le Sage | 1696 - 1701 |
36 | Pieter Rooselaar | 1701 - 1706 |
37 | Jacob Claaszoon | 1706 - 1710 |
38 | David van Petersom | 1710 - 1715 |
39 | Jacob Bottendorp | 1715 - 1720 |
40 | Antoni Heinsius | 1720 - 1723 |
41 | Jacob Cloeck | 1723 - 1724 |
42 | Joan Happon | 1724 - 1728 |
43 | Jacob Christiaan Pielat | 1728 - 1731 |
44 | Elias de Haeze | 1728 - 1731 |
45 | Johannes Bernard | 1728 - 1731 |
46 | Paulus Rouwenhoff | 1735 - 1739 |
47 | Marten Lelievelt | 1739 - 1744 |
48 | Gerrard van Brandwijk van Blokland | 1744 - 1750 |
49 | J.E. van Mijlendonk | 1750 - 1754 |
50 | Abraham Abeleven | 1754 - 1758 |
51 | Jacob van Schoonderwoert | 1754 - 1758 |
52 | Hendrik Breton | 1766 - 1767 |
53 | Paulus Jacob Valckenaer | 1771 - 1778 |
54 | Jacob Roeland Thomaszen | 1778 - 1780 |
55 | Alexander Cornabé | 1780 - 1793 |
56 | J. Ekenholm | 1793 - 1796 |
57 | Johan Godfried Burdach | 1796 - 1799 |
58 | Willem Jacob Cranssen | 13 Sep 1799 - 21 Jun 1801 |
D | Masa Pemerintahan Inggris | |
1 | K.T. Farquhar | 21 Jun 1801 - 1803 |
2 | H. Webber | 1803 |
3 | Peter Adrianus Goldbach | 1803 - 1804 |
4 | Carel Lodewijk Wieling | 1804 - 1809 |
5 | R. Coop à Groen | 1809 - 1810 |
7 | E. Tucker | 1810 - 1811 |
8 | Forbes | 1811 |
9 | W. Ewer | 1811 - 1813 |
10 | W.G. Mackenzie | 1813 - 1815 |
11 | R. Stuart | 1815 - 1816 |
12 | W.G. Mackenzie (memerintah untuk kedua kalinya) | 1816 - 20 Apr 1817 |
E | Masa Kemerdekaan Indonesia Hingga Sekarang | |
1 | Mr. J.J. Latuharhary | 1950 - 1955 |
2 | Muhammad Djosan | 1955 - 1960 |
3 | Muhammad Padang | 1960 - 1965 |
4 | G.J. Latumahina | 1965 - 1968 |
5 | Soemitro | 1968 - 1973 |
6 | Soemeru | 1973 - 1975 |
7 | Hasan Slamet | 1975 - 1985 |
8 | Sebastian Soekoso | 1985 - 1993 |
9 | M. Akib Latuconsina | 1993 - 1998 |
10 | Dr. M. Saleh Latuconsina | 1998 - 2003 |
11 | Brigjen TNI (Purn) Karel Albert Ralahalu | 2003 - 2013 |
Perekonomian
Secara makro ekonomi, kondisi perekonomian Maluku cenderung membaik setiap tahun. Salah satu indikatornya antara lain, adanya peningkatan nilai PDRB. Pada tahun 2003 PDRB Provinsi Maluku mencapai 3,7 triliun rupiah kemudian meningkat menjadi 4,05 triliun tahun 2004. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 mencapai 4,05 persen dan meningkat menjadi 5,06 persen pada 2005.Kondisi geografis Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya alam di sektor perikanan dan kelautan dapat dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian sub sektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi
Sumber Daya Hutan
Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan potensi sumber daya hutan :- Hutan Konversi : 475.433 Ha
- Hutan Lindung : 774.618 Ha
- Hutan Produksi Terbatas : 865.947 Ha
- Hutan Produksi Tetap : 908.702 Ha
- Hutan yang dapat dikonversi : 1.633.646 Ha
Potensi Tambang dan Mineral
Adapun daerah penghasil tambang dan Mineral di Provinsi Maluku adalah :- Emas : Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku & Pulau Romang
- Mercuri : Pulau Damar
- Perak : Pulau Romang
- Logam Dasar : Pulau Haruku dan Nusalaut
- Kuarsa : Pulau Buru
- Minyak Bumi : Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan cadangan minyak di Maluku Barat Daya.
- Mangan : Laut Banda
Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP (Fadel Mohammad) sebagai Lumbung Ikan Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan kepulauan bahari terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan lumbung ikan nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan manusia. Daerah dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu- Kepulauan Banda
- Kepulauan Kei
- Kepulauan Aru
- Maluku Tenggara Barat
- Maluku Barat Daya
Potensi Perikanan dan Sumber Daya Air Maluku
Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai berikut : - Laut Banda : 277.890 ton/tahun - Laut Arafura : 771.500 ton/tahun - Laut Seram : 590.640 ton/tahunBerbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan terdapat di Maluku antara lain : ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi.
Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena, pulau pulau terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara, teripang, lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya payau adalah bandeng dan udang windu.
Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia tercatat berada di blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat).Pariwisata
Profil pariwisata Maluku yang berisikan objek dan daya tarik maupun mengunjungi Maluku, merupakan kenyataan-kenyataan potensi kepariwisataan yang begitu menjanjikan terutama bagi wisatawan untuk saatnya datang berkunjung menyaksikan keindahan alam meliputi : Ketersediaan daya tarik bawah laut sesuai dengan karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan, Gunung api, Gunung api bawah laut, Daerah perbukitan, Pemandangan alam, Teluk, Danau dan Keramah-tamahan masyarakat Maluku yang sudah dikenal sejak dahulu dengan tradisi masyarakat yang menganggap Wisatawan Sebagai Raja.Sejak zaman purba kala, Maluku diakui telah memiliki daya tarik alam selain daripada rempah-rempahnya. Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang. Bahkan dibeberapa daerah,pariwisatanya sudah terkenal sampai ke mancanegara. Beberapa dari objek wisata terkenal di Maluku antara lain:
- Taman Laut Manuala
- Pantai Pasir Panjang
- Pantai Natsepa, Ambon
- Pintu Kota, Ambon
- Benteng Duurstede, Saparua
- Benteng Amsterdam, Ambon
- Benteng Victoria, Ambon
- Banda Neira, Banda
- Benteng Belgica, Banda
- Pantai Hunimoa, Ambon (Pantai Liang)
- Pantai Ngur Sarnadan (Pasir Panjang), Kai
- Pantai Ngurtafur, Pulau Warbal, Kai
- Gua Ohoidertavun di Letvuan, Kai
- Sawai, Seram Utara
- Leksula, Buru
- Pantai Latuhalat, Ambon
- Tanjung Marthafons, Ambon
- Taman Nasional Manusela, Seram
- Air Terjun Waihetu, Rumahkay, Seram
- Pantai Hatuurang
- Pantai Lokki, Seram
- Pantai Englas, Seram
- Pantai Labuan Aisele, Seram Utara
- Pantai Ora, Saleman, Seram Utara
- Pulau Kasa, Seram
- Pulau Pombo
- Pulau Tiga
- Pulau Luciapara
- Pulau Ay, Run dan Rozengain (Hatta), Kepulauan Banda
- Weluan, Kep. Tanimbar
- Pulau Bais
- Tanjung Sesar, Seram
- Pulau Panjang, Pulau Lulpus dan Pulau Garogos
- Gunung Booi
- Kilfura, Seram
- Pantai Soplessy, Seram
- Pantai Manuala
- Gua Lusiala, Seram
- Pantai Kobisadar
- Ahuralo, Amahai
- Batu meja masahatu, hualoy-seram
- Gua Hutan Kartenes
- Goa Akohy di Tamilouw, Seram
- Benteng Titaley, Seram
- Danau Binaya, Piliana
- Tawiri, Ambon
- Pemandian Air Panas Tulehu, Ambon
- Sungai kali ama,hualoy-seram
- pantai maruru,hualoy-seram
Wisata Budaya
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia bagian timur, Provinsi Maluku sangat kaya dengan berbagai obyek wisata baik berupa panorama alam maupun bangunan-bangunan peninggalan sejarah seperti Masjid Kuno Desa Hila dan hasil kerajinan.Komunikasi:
Ambon Cyber City
Pada pertengahan tahun 2008, kota Ambon ditetapkan sebagai Cyber City. Pekerjaan proyek Ambon Cyber City yang dilakukan Pemkot Ambon untuk memberikan kemudahan berakses internet telah selesai hingga akhir Desember tahun tersebut. Pelaksanaan proyek ini semata-mata guna memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berakses dengan mudah dan murah ke "dunia maya", tanpa harus antri di "warung internet" atau berlangganan telepon dengan biaya mahal untuk berinternet. Hanya dengan modal laptop atau komputer yang memiliki fasilitas wireless, masyarakat sudah bisa menikmati internet dengan mudah berbagai tempat di pusat kota Ambon. Pemkot Ambon pun telah menjalin kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Telkomsel untuk meminjam tower perusahaan seluler itu, di mana peralatan Cyber akan dipasang pada menara tower milik perusahaan itu, sehingga bisa memancarkan sinyalnya dan menjangkau seluruh wilayah Kota Ambon. Kota Ambon termasuk dalam kota-kota pertama di Indonesia yang telah menjadi Cyber City.Stasiun Televisi Lokal
Maluku juga mempunyai televisi lokal yang berbasis dikota Ambon yaitu Moluccas Tv dan Ambon Tv.Stasiun Televisi Jaringan Kabel (CATV)
Maluku juga mempunyai Stasiun Televisi Berjaringan Kabel resmi yaitu Amboina Multimedia Channel atau AMC oleh PT. Amboina MultimediaSurat Kabar Harian
- Ambon Express
- Suara Maluku
- Metro Maluku
- Siwalima
- Radar Ambon
- Titah Siwalima
- Maluku Expose
- Marinyo
- Seram Pos
- Suara Ekspresi
Tabloid/ Koran Mingguan
- Dhara Pos
- Bela Reformasi
- Maluku Media
- Door
- Tribun Maluku
- Lacak
- Radar Pos
- Sinar Maluku
- Media Nusantara
- Gosepa
- Maluku Baru
- Moria
- Maluku News
- Pelangi Maluku
- Suara Rakyat
- Utusan Rakyat
Stasiun Radio Lokal
- Suara Pelangi
- DMS
- Rock FM
- Binaya
- G-Tavlul
- Dian Mandiri
- Sangkakala
- Baku-Bae
- Resthy Mulya
- Arika Polnam
- Manusela FM
- Kabaresi
Media Citizen Journalism
Maluku Online alamat situs: www.malukuonline.co.idPendidikan
Perguruan Tinggi[3]
Negeri
Nama Perguruan Tinggi | Tahun Pendirian | Pemimpin | Lokasi | Situs Web |
---|---|---|---|---|
Universitas Pattimura (UNPATTI) | 1962 | Prof. Dr. Tommy Pentury.Msi | Ambon | www.unpatti.ac.id |
Politeknik Negeri Ambon (POLNAM) | 1985 | Ir. H. D. Nikijuluw, M.T. | Ambon | www.polnam.ac.id |
Politeknik Perikanan Negeri Tual (POLIKANT) | 2004 | Ir. P. Beruatwarin, M.Si. | Tual | [4] |
Institut Agama Islam Negeri Ambon (IAIN) | 1980 | Prof Dr H Dedi Djubaedi, M.Ag. | Ambon | |
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri Ambon(STAKPN) | 1999 | Dr .A. Ch. Kakiay, M.Si | Ambon | www.stakpn-ambon.ac.id |
Swasta
Nama Perguruan Tinggi | Pemimpin | Lokasi |
---|---|---|
Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) | DR. A.M.L. Batlayeri | Ambon |
Universitas Darussalam (UNIDAR) | Prof. Drs. Ismail Tahir | Ambon |
Universitas Iqra | Drs. R. Suyatno S. Kusuma, M.Si. | Buru |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Ambon | F.C. Renyut. S.Sos. M.Si. | Ambon |
STIA Abdul Aziz Kataloka | Drs. J. Madubun. M.Si. | Ambon |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Said Perimtah | Dr. A. Wattiheluw, S.Sos., M.Si. | Masohi |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Darul Rachman | Drs. Muuti Matloan | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Langgur | P.C. Renwarin, S.E. M.Si. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Saumlaki | Semuel Luturyali, S.H. | Saumlaki |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel | Asyara Rumkei, S.E. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Saumlaki | Drs. M.M. Lololuan | Saumlaki |
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen (STIEM) Rutu Nusa | Drs. G.M.B.K. Dahaklory | Ambon |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial (STIS) Mutiara | Cilifius Reyaan, S.Sos. | Tual |
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Kebangsaan | Drs. J. Kapressy | Masohi |
Sekolah Tinggi Perikanan Hatta Sjahrir | Prof. Dr. Hamadi B. Husein | Banda |
STKIP Gotong Royong | Drs. Autan Sahib Patty | Masohi |
Akademi Maritim Maluku (AMM) | Drs. P.P. Rahaor. M.Pd. | Ambon |
Akademi Kebidanan (AKBID) Aru | Yonita E.O. Uniplaita, A.Kp., M.Kes. | Dobo |
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada | Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes | Kairatu, SBB |
Seni dan Budaya
Musik
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Masnait Group dan Yopie Latul. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo, Glen Fredly, Ello Tahitu, Figgy Papilaya, Tersy Krikhoff, Webster Manuhutu Moluccas dan lain-lain.
Tarian
Tari yang terkenal dari negeri Maluku adalah tari Cakalele yang menggambarkan keperkasaan orang Maluku. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.
Tarian yang merupakan penggambaran pergaulan anak muda adalah Katreji. Tari Katreji dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
Selain Katreji, pengaruh Eropa yang terkenal adalah Polonaise yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
Selain itu, adapula Tarian Bambu Gila. Tarian bambu gila adalah tarian khusus yang bersifat magis, berasal dari desa Suli. Keunikan tarian ini adalah para penari seakan-akan dibebani oleh bambu yang dapat bergerak tidak terkendali dan tarian ini bisa diikuti oleh siapa saja.
Sejarah
Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa) namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir), setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.
Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah gugur dan mati syahid dalam perang memperebutkan rempah-rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.
Arkeologi
Bukti arkeologi paling awal adanya okupasi manusia di wilayah ini ditemukan sekitar tiga puluh dua ribu tahun, tetapi bukti adanya permukiman yang lebih tua di Australia mungkin mengindikasikan bahwa Maluku telah memiliki pengunjung sebelumnya. Bukti bahwa semakin meluasya hubungan perdagangan jarak jauh dan frekuensi okupasi terhadap kepulauan lain yang menjadi semakin tinggi, dimulai sekitar sepuluh ribu hingga lima belas tahun kemudian. Batu permata dan perak yang biasanya digunakan sebagai mata uang di semenanjung India sekitar 200 sebelum Masehi telah ditemukan pada beberapa pulau. Maluku pada saat itu berkembang menjadi daerah kosmopolitan di mana para pedagang rempah-rempah dari seluruh wilayah menetap disana, termasuk para pedagang Arab dan Cina yang mengunjungi atau bermaksud untuk tinggal di daerah tersebut. Kemungkinan lainnya adalah Maluku telah menjadi rumah bagi banyak bangsa-bangsa semi-nomadik Ras Melanesia. Gua-gua prasejarah masih bisa anda temukan didaerah Seram bagian Utara dan diwilayah Taniwel bisa dijumpai banyak fosil-fosil yang belum terungkapEra Portugis dan Spanyol
Selain dari adanya pengaruh kebudayaan hal yang paling signifikan dari efek kehadiran Portugis adalah gangguan dan disorganisasi perdagangan Asia namun disamping itu adalah adanya penyebaran Agama Kristen di Indonesia Timur termasuk Maluku. Portugis yang telah menaklukkan Malaka pada awal abad keenambelas dan pengaruh mereka terasa sangat kuat di Maluku dan kawasan lain di timur Indonesia. Setelah penaklukan Portugis atas Malaka pada bulan Agustus 1511, Afonso de Albuquerque pelajari rute ke Kepulauan Banda dan Kpulauan Rempah-Rempah lainnya dengan mengirim sebuah penjelajahan tiga kapal ekspedisi di bawah pimpinan António de Abreu, Simao Afonso Bisigudo dan Francisco Serrano. Di tengah perjalanan untuk kembali, Francisco Serrao yang terdampar di pulau Hitu (Ambon utara) pada 1512. Ia mendirikan hubungan dengan penguasa lokal yang terkesan dengan kemampuan militer. Adanya pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Tidore juga melibatkan Portugis.Setelah bergabung dengan Ternate, Serrão kemudian membangun benteng di pulau tersebut dan menjadi kepala duitan dari para serdadu Portugis di bawah pelayanan satu dari dua sultan yang berkuasa mengendalikan perdagangan rempah-rempah. Namun dengan adanya penyebaran agama Kristen mengakibatkan terjadinya ketegangan dengan Penguasa Ternate yang adalah Muslim. Ferdinand Magellan Serrão mendesak dia untuk bergabung di Maluku dan memberikan informasi para penjelajah tentang Kepulauan rempah-rempah. Akan tetapi, keduanya meninggal sebelum sempat bertemu satu sama lain. Pada tahun 1535 Raja Tabariji diberhantikan dan dikirim ke Goa oleh Portugis. Ia kemudaun menganut Kristen serta mengubah namanya menjadi Dom Manuel. Setelah dinyatakan bersalah, dia dikirim kembali ke takhtanya kembali, tetapi meninggal dalam perjalanan di Melaka pada 1545. Meskipun begitu, ia mewariskan pulau Ambon kepada Ayah Baptisnya yang adalah seorang Portugis, Jordão de Freitas. Setelah kejadian pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis, Ternate keudian mengusir mereka pada tahun 1575 setelah pengepungan selama 5 tahun.
Pendaratan Portugis yang pertama di Ambon terjadi pada tahun 1513, yang dikemudian hari akan menjadi pusat kegiatan Portugal di Maluku setelah pengusiran dari Ternate. Kekuatan Eropa didaerah tersebut pada saat itu lemah dan Ternate makin menyebarkan kekuasaannya sebagai Kerajaan Islam anti Portugis dibawah pimpinan Sultan Baab Ullah dan anaknya Sultan Said. Di Ambon, Portugis mendapat perlawanan dari penduduk muslim lokal di daerah utara pulau tesebut terutama di Hitu yang telah lama menjalin hubungan kerjasama perdagangan dan agama dengan kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa.Sesungguhnya, Portugis tidak pernah berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah lokal dan gagal dalam upaya untuk membangun otoritas mereka atas kepulauan Banda, pusat produksi pala.
Spanyol kemudian mengambil kontrol atas Ternate dan Tidore. Misionaris dan saah satu dari Orang Suci Katholik, Santo Fransiscus Xaverius (Saint Francis Xavier), tiba di Maluku pada tahun 1546-1547 kepada orang Ambon, Ternate dan Morotai serta meletakkan dasar untuk misi permanen disana. Dengan tibanya beliau disana, 10.000 orang telah dibaptis menjadi Katholik, dengan persentase terbanyak di pulau Ambon dan sekitar tahun 1590 terdapat 50.000 bahkan 60.000 orang telah dibaptis, walaupun beberapa daerah sekitarnya tetap menjadi daerah Muslim.
Selama pekerjaan Misionaris, telah terdapat komunitas Kristen dalam jumlah besar di daerah timur Indonesia selama beberapa waktu, serta telah berkontribusi terhadap kepentingan bersama dengan Eropa, khususnya di antara orang Ambon. Pengaruh lainnya termasuk sejumlah besar kata berasal dari Indonesia Portugis yang di samping Melayu merupakan bahasa pergaulan sampai awal abad kesembilanbelas. Kata-kata dalam Bahasa Indonesia seperti pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, semua berasal dari bahasa Portugis. Banyak pula nama-nama keluarga di Maluku berasal dari Portugis seperti de Lima, Waas, da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendosa, Rodrigues dan da Silva.
Bangsa Belanda
Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama, Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda.Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon. VOC merupakan perusahan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas dengan Ingris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan instalasi budak kerja.
Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada dibawah kontrol asing bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar, terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Dibawah kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.
Perang Dunia II
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di negeri negeri Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan kolonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini, bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan (RMS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar